Welcome To My Page

Feel free to read and leave comments.

Monday, February 2, 2015

[MiniStory] Cerita Saat Senja

Sebenernya awalnya cerita ini buat lomba cerita mini gitu deh, gue juga nulisnya pas lagi insom-insomnya mikirin masa depan sama lab waktu itu wkwk. Setelah beberapa kali konsultasi sama editor gue (cailah...), gue akhirnya ga jadi ngepost cerita ini buat lomba. So, daripada ini terkubur di sela-sela laptop gue, kayaknya bakal lebih bagus kalo gue post disini. Masih pake salah satu cirikhas gue, yaitu bermain pun (i.e. mrrasyid itu dibaca mister rasyid, padahal aslinya itu singkatan nama gue haha). Dan inilah dia, Cerita Saat Senja. Enjoy!

------------------------------------------------
Cerita Saat Senja

                Bagi gue, ada sebuah waktu dimana langit nampak sangat indah. Waktu  itu adalah senja, saat biru langit mulai pudar, tertutup warna oranye dari sinar matahari yang mulai tenggelam, sangat sendu. Sebelumnya, nama gue Sachi, dan ini adalah kisah gue tentang senja. Senja yang lama ditunggu, tapi cepat berlalu.
                Kisah ini bermula saat gue menemukan tanah lapang deket sekolah gue, di dalam sebuah komplek perumahan. Disana tiap sore selalu ramai dengan pedagang dan para pemain bola komplek yang menggunakan tanah lapang tersebut. Dan disanalah gue hampir setiap sore, dipojokan, melihat orang-orang bermain bola, memperhatikan sekitar, dan kadang-kadang mengosongkan isi dompet sendiri untuk jajan-jajanan di sekitar situ. Ada sebuah ketenangan diantara keramaian disana, terutama saat dia melintas......
                Dia yang membuat gue betah berlama-lama disini. Dia yang membuat gue menyaksikan belasan orang mengejar sebuah bola di pertandingan menjemukan. Atau membuat gue menghabiskan uang yang bisa ditabung hanya untuk memecah kebosanan, untuk sebuah tujuan. Menunggu dia, yang lama ditunggu namun cepat berlalu.
                Dia adalah seorang cewek yang selalu lewat lapangan tiap sore, dan dia juga yang membuat gue selalu ingin duduk dipinggir lapangan ini hanya untuk melihat dia lewat. Gue seakan tersihir oleh magis yang dia pancarkan saat melewati gue. Mata ini bahkan tak mau lepas melihatnya untuk sekejap saja. Setiap langkah kaki kecilnya, seakan menggoda gue buat mengikuti, namun apa daya, gue hanya seorang pria pemalu. Dan detikpun menjadi menit, menit kan menjadi jam, jam berlalu menjadi hari, dan semakin hari, semakin ingin gue mengenalnya. Mungkin ini yang orang bilang ‘jatuh cinta pada pandangan pertama’. Sayangnya, gue punya satu masalah, yaitu gue engga tau cara memulainya......
                Gue sempat berfikir buat jadi pedagang apapun untuk menarik perhatian dia, tapi akhirnya gue sadar bahwa itu ga akan menarik perhatiannya sama sekali. Gue juga pernah ikut main bola sama anak komplek, biar dia bisa liat gue, sayangnya saat dia lewat, gue malah sibuk ngeliatin dia, dan akhirnya dengan mudah digocek dan dilewatin pemain lawan, persis kayak dia ngelewatin gue bahkan tanpa pernah melirik ke lapangan. Gue bahkan pernah pindah nungguin dia di pos tukang ojek di depan komplek, biar bisa jadi ojeknya dia, sayangnya gue baru nyadar bahwa tiap hari gue menanti dia, dia ga pernah naik ojek....
                Haripun berubah menjadi bulan-bulan, dan gue akhirnya menemukan caranya. Setelah mengumpulkan semua keberanian untuk mengenal dia dengan gentle, yaitu dengan pura-pura nyebarin angket survey. Dia yang bernama Senja, sama seperti magis sore hari yang membuat gue terpana setiap melihatnya. Siapa yang sangka ternyata dia menyadari kehadiran gue setiap hari di lapangan ini dan ketahuan bahwa gue hanya pura-pura nyebarin angket survey ini. Dan hari itupun diakhiri dengan tawa, dari kami berdua, karena kebodohan gue.....
                Tentang Senja, cewek berambut hitam panjang yang setiap sore membuat gue bodoh dengan duduk di lapangan ini menanti dia lewat. Dia adalah siswi dari sekolah yang berbeda dengan gue yang setiap hari pasti melewati lapangan ini, karena rumahnya berada 1 blok setelah lapangan ini. Cewek yang ga cuma cantik, tapi juga supel dan pinter, kadang-kadang gue sampai malu bila nantinya gue ketahuan terlalu bodoh. Yang pasti, semakin gue mengenal, semakin gue tertarik dengannya. Gue jadi mikir mungkin dia adalah orang yang gue cari selama ini...
                Semenjak saat itu, gue jadi makin sering berada di lapangan ini, menanti Senja menyapa. Gue sama Senja juga jadi sering duduk di tepi lapangan ini setiap sore seperti orang pacaran atau sepasang kawan lama, menikmati matahari terbenam, dan mendengar sebuah nyanyian syahdu, yaitu celotehan Senja tentang para pemain bola komplek ini. Atau sesekali memberikan ruang di dompet dengan membeli jajanan kecil bersama. Kadang-kadang juga kita pindah ke depan rumah Senja, melihat anak-anak kecil yang sedang dikejar-kejar ibunya, sambil mendengar curhatannya atau membicarakan apa saja yang ada di dunia ini, seakan dunia milik berdua. Gue ingat sekali salah satu kata-kata Senja, “Engga semua yang kita inginkan bisa jadi kenyataan”, saat itu gue hanya tertawa, tanpa mengerti maksudnya.
                Sampai akhirnya setelah berbulan-bulan melewati perjuangan mengenali Senja, gue menemukan arti dari kata-kata Senja yang paling gue ingat tadi. Pahit. Ternyata benar adanya bila tidak semua keinginan bisa terwujud, dan tidak semua yang diinginkan adalah yang dibutuhkan. Pada akhirnya, dia yang selalu gue nanti di tepi lapangan itu akhirnya lewat dan berlalu. Senja, yang lama ditunggu, tapi cepat berlalu.

(3:26 16 Januari 2015)

 Seseorang yang menuliskan ini RIFKI RASYID

No comments: