------------------------------------------------
Cerita Saat Senja
Bagi
gue, ada sebuah waktu dimana langit nampak sangat indah. Waktu itu adalah senja, saat biru langit mulai
pudar, tertutup warna oranye dari sinar matahari yang mulai tenggelam, sangat
sendu. Sebelumnya, nama gue Sachi, dan ini adalah kisah gue tentang senja.
Senja yang lama ditunggu, tapi cepat berlalu.
Kisah
ini bermula saat gue menemukan tanah lapang deket sekolah gue, di dalam sebuah
komplek perumahan. Disana tiap sore selalu ramai dengan pedagang dan para
pemain bola komplek yang menggunakan tanah lapang tersebut. Dan disanalah gue hampir
setiap sore, dipojokan, melihat orang-orang bermain bola, memperhatikan
sekitar, dan kadang-kadang mengosongkan isi dompet sendiri untuk jajan-jajanan
di sekitar situ. Ada sebuah ketenangan diantara keramaian disana, terutama saat
dia melintas......
Dia
yang membuat gue betah berlama-lama disini. Dia yang membuat gue menyaksikan
belasan orang mengejar sebuah bola di pertandingan menjemukan. Atau membuat gue
menghabiskan uang yang bisa ditabung hanya untuk memecah kebosanan, untuk
sebuah tujuan. Menunggu dia, yang lama ditunggu namun cepat berlalu.
Dia adalah
seorang cewek yang selalu lewat lapangan tiap sore, dan dia juga yang membuat
gue selalu ingin duduk dipinggir lapangan ini hanya untuk melihat dia lewat.
Gue seakan tersihir oleh magis yang dia pancarkan saat melewati gue. Mata ini
bahkan tak mau lepas melihatnya untuk sekejap saja. Setiap langkah kaki
kecilnya, seakan menggoda gue buat mengikuti, namun apa daya, gue hanya seorang
pria pemalu. Dan detikpun menjadi menit, menit kan menjadi jam, jam berlalu
menjadi hari, dan semakin hari, semakin ingin gue mengenalnya. Mungkin ini yang
orang bilang ‘jatuh cinta pada pandangan pertama’. Sayangnya, gue punya satu
masalah, yaitu gue engga tau cara memulainya......
Gue
sempat berfikir buat jadi pedagang apapun untuk menarik perhatian dia, tapi
akhirnya gue sadar bahwa itu ga akan menarik perhatiannya sama sekali. Gue juga
pernah ikut main bola sama anak komplek, biar dia bisa liat gue, sayangnya saat
dia lewat, gue malah sibuk ngeliatin dia, dan akhirnya dengan mudah digocek dan
dilewatin pemain lawan, persis kayak dia ngelewatin gue bahkan tanpa pernah
melirik ke lapangan. Gue bahkan pernah pindah nungguin dia di pos tukang ojek
di depan komplek, biar bisa jadi ojeknya dia, sayangnya gue baru nyadar bahwa
tiap hari gue menanti dia, dia ga pernah naik ojek....
Haripun
berubah menjadi bulan-bulan, dan gue akhirnya menemukan caranya. Setelah
mengumpulkan semua keberanian untuk mengenal dia dengan gentle, yaitu dengan
pura-pura nyebarin angket survey. Dia yang bernama Senja, sama seperti magis
sore hari yang membuat gue terpana setiap melihatnya. Siapa yang sangka
ternyata dia menyadari kehadiran gue setiap hari di lapangan ini dan ketahuan
bahwa gue hanya pura-pura nyebarin angket survey ini. Dan hari itupun diakhiri
dengan tawa, dari kami berdua, karena kebodohan gue.....
Tentang
Senja, cewek berambut hitam panjang yang setiap sore membuat gue bodoh dengan
duduk di lapangan ini menanti dia lewat. Dia adalah siswi dari sekolah yang
berbeda dengan gue yang setiap hari pasti melewati lapangan ini, karena
rumahnya berada 1 blok setelah lapangan ini. Cewek yang ga cuma cantik, tapi
juga supel dan pinter, kadang-kadang gue sampai malu bila nantinya gue ketahuan
terlalu bodoh. Yang pasti, semakin gue mengenal, semakin gue tertarik
dengannya. Gue jadi mikir mungkin dia adalah orang yang gue cari selama ini...
Semenjak
saat itu, gue jadi makin sering berada di lapangan ini, menanti Senja menyapa.
Gue sama Senja juga jadi sering duduk di tepi lapangan ini setiap sore seperti
orang pacaran atau sepasang kawan lama, menikmati matahari terbenam, dan
mendengar sebuah nyanyian syahdu, yaitu celotehan Senja tentang para pemain
bola komplek ini. Atau sesekali memberikan ruang di dompet dengan membeli
jajanan kecil bersama. Kadang-kadang juga kita pindah ke depan rumah Senja,
melihat anak-anak kecil yang sedang dikejar-kejar ibunya, sambil mendengar
curhatannya atau membicarakan apa saja yang ada di dunia ini, seakan dunia
milik berdua. Gue ingat sekali salah satu kata-kata Senja, “Engga semua yang
kita inginkan bisa jadi kenyataan”, saat itu gue hanya tertawa, tanpa mengerti
maksudnya.
Sampai
akhirnya setelah berbulan-bulan melewati perjuangan mengenali Senja, gue menemukan
arti dari kata-kata Senja yang paling gue ingat tadi. Pahit. Ternyata benar
adanya bila tidak semua keinginan bisa terwujud, dan tidak semua yang
diinginkan adalah yang dibutuhkan. Pada akhirnya, dia yang selalu gue nanti di
tepi lapangan itu akhirnya lewat dan berlalu. Senja, yang lama ditunggu, tapi
cepat berlalu.
(3:26 16
Januari 2015)
No comments:
Post a Comment